Palembang, 17
Juli 2012
Menemui Hasan, calon ilmuwan terkemuka Indonesia di
masa depan
Assalamu’alaikum wr. wb.
Jembatan
itu bernama ”Golden Gate” yang berarti Gerbang Emas. Letaknya di kota San
Fransisco, California, Amerika Serikat.
Di tahun 2005, ibu membaca puisi tentang jembatan itu. Puisi
tersebut berjudul “Kartu Pos Bergambar
Golden Gate” karya Sapardi Djoko Damono. Alhamdulillah..Ibu pergi belajar ke
Amerika Serikat dan bisa melihat langsung jembatan itu pada tahun 2010.
Hasan,
Ibu menitikkan air mata ketika membaca surat Hasan. Ibu terharu sekali.
Subhanallah.. Hasan punya mimpi yang luar biasa. Tentu Hasan juga insya Allah
bisa menjelajahi benua, bertemu orang-orang dari berbagai belahan dunia, dan
belajar hal-hal baru di sana. Insya Allah Hasan juga bisa Pak BJ Habibie yang merupakan
salah satu ilmuwan terkemuka di dunia. Hasan sudah baca tentang Pak Habibie?
Beliau adalah seorang jenius yang banyak menemukan teori yang bermanfaat besar
di bidang kedirgantaraan. Salah satu
teorinya adalah krack progression.
Teori ini membuat pesawat lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko
pesawat jatuh, tetapi juga membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah.
Dalam
dunia penerbangan, Pak Habibie juga membuat terobosan ini tersohor dengan
sebutan Faktor Habibie. Faktor
Habibie bisa meringankan bobot pesawat
hingga 10% dari bobot sebelumnya. Dengan begitu, secara umum daya angkut
pesawat meningkat dan daya jelajahnya makin jauh. Tak hanya itu, Pak Habibie juga mendirikan
PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang menjadi industri pesawat terbang
pertama di Kawasan Asia Tenggara pada tahun 1976. Pak Habibie juga meraih
kepercayaan lebih bergengsi, yakni mendesain utuh pesawat-pesawat baru
prototipe DO-31, pesawat baling-baling tetap pertama yang mampu tinggal landas
dan mendarat secara vertical, pesawat terbang pertama buatan Indonesia CN-235
dan N-250, dan pesawat Airbus A-300 yang
diproduksi konsorsium Eropa. Bahkan, Pak Habibie juga pernah menjadi presiden
Republik Indonesia ini loh, Hasan.
Hasan,
kamu juga insya Allah bisa lebih hebat dari Neil Armstrong yang menjadi manusia
pertama yang menginjakkan kakinya di bulan pada 20 Juli 1969 dan Johannes
Kepler yang menguraikan tiga hukum dasar gerakan planet yang dijelaskan dengan
gerak elips planet-planet tersebut mengelilingi matahari. KAMU BISA, Hasan.
Insya Allah Hasan bisa menjadi insan yang memberikan manfaat yang luar biasa
pada pengembangan ilmu pengetahuan, dan perbaikan hidup manusia. Insya Allah
Hasan bisa menjadi seperti apa yang Hasan cita-citakan. Jadi Hasan harus rajin
belajar, banyak membaca, berbakti kepada orang tua, sholat 5 waktu, terus
mengaji, dan menjadi anak yang baik untuk teman-teman, dan lingkungan sekitar
Hasan.
Karena
Hasan sudah berbagi mimpi Hasan dengan ibu, ibu juga akan berbagi mimpi ibu
dengan Hasan. Ibu bercita-cita menjadi seorang praktisioner dalam bidang kemanusiaan.
Ibu ingin membuat banyak proyek sosial yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Ibu ingin membuat banyak sekolah, perpustakaan, dan universitas yang memberikan kesempatan bagi
setiap anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dan meraih mimpi mereka.
Ibu ingin membiayai proyek-proyek pengadaan air bersih untuk mereka yang sulit
mendapatkannya. Ibu ingin memfasilitasi mediasi di daerah-daerah berkonflik.
Ibu ingin menciptakan banyak lapangan pekerjaan agar taraf hidup manusia
Indonesia menjadi lebih baik. Ibu juga ingin mengubah kurikulum pendidikan
Indonesia agar lebih bermakna dan menyiapkan para siswa untuk masa depannya.
Banyak sekali yang ingin ibu lakukan, Hasan. Oleh karena itu, ibu juga tidak
boleh menyerah dalam keadaan sesulit apa pun. Kesulitan hanyalah penguji
kesungguhan. Ibu juga harus terus belajar, mendekatkan diri pada Allah SWT, dan
mengasah kemampuan agar dapat mewujudkan mimpi-mimpi ibu. Selama kita memiliki
kesungguhan, kedisiplinan, dan ketulusan niat, insya Allah kita bisa mewujudkan
mimpi-mimpi kita.
Ibu akhiri surat ini dengan mengutip ucapan
Ustadz Yusuf Mansur, “Kita harus memiliki mimpi yang luar biasa, ikhtiar yang
luar biasa, dan doa yang luar biasa.”
Salam,
Dian Mayasari
0 comments:
Post a Comment