6.
Rendah
hatilah
Modesty
adalah nilai penting yang selalu ditekankan mama. Modesty ini modesty dalam
artian luas. Beliau bilang tidak ada yang perlu disombongkan karena di atas
langit ada langit. Kesombongan bisa menghalangi diri kita dari belajar dari
orang lain sehingga membuat kita sulit berkembang, begitu kata beliau. Selalu
ada yang bisa dipelajari dari orang lain. Tak heran mama selalu mendengarkan
cerita saya seremeh apapun cerita tersebut. Beliau juga mengajarkan modesty dalam hal lifestyle.
Menurut beliau kami tidak perlu memaksakan lifestyle
yang tidak sesuai dengan kemampuan kami.
7.
Jangan
menjanjikan hal yang tidak bisa ditepati
Seingat saya mama tidak pernah
menjanjikan apapun. Beliau tidak pernah menjanjikan akan memberikan apapun jika
saya puasa sebulan penuh, juara kelas, juara umum atau bahkan cum laude. Saya
ingat suatu hari ketika saya masih di SMP, saya iseng berkata pada mama,”Ma,
kalau aku juara umum beliin Nintendo yah..” Respon beliau mengejutkan sekali.
“Mama gak bisa gitu, Nak. Pertama, mama gak yakin kita punya budget untuk itu. Kedua, mama gak mau
motivasi kamu untuk jadi juara umum cuma karena Nintendo. Itu dangkal sekali.
Kalau gak dikasi Nintendo kamu gak mau belajar? Padahal kamu belajar itu untuk
dirimu sendiri dan orang lain juga loh.”
Tapi mama selalu memberikan reward tidak terduga. Karena Rini
mendapatkan NEM tertinggi sekecamatan, ketika lulus SD, mama mengajak kami
liburan ke Jakarta. Pulang dari mengurus pendaftaran ulang ke SMP, saya dan Rini
menemukan dua sepeda baru terparkir di depan rumah. Padahal saya dan Rini sudah
nrimo kemungkinan “mewarisi” sepeda
butut Yuk Linda. Waktu itu saya dan Rini histeris sekali saking bahagianya.
Setelah kelulusan SMP, mama juga mengajak kami jalan-jalan ke Gua Putri dan Air
Terjun Bedegung, objek wisata di Kabupaten Muara Enim. Mama pernah tiba-tiba
datang membesuk saya dan Rini di asrama, ketika SMA, lalu kami bertiga wisata
kuliner seharian sebelum UN. Setelah
berminggu-minggu tidak pulang ke rumah dan tidak bertemu beliau karena begitu
banyak TO, hari itu adalah hari yang membahagiakan sekali.
Setelah dewasa saya akhirnya tahu,
melalui beberapa pengalaman pribadi,
bahwa janji yang tidak ditepati itu benar-benar membuat kekecewaan yang
mendalam. Mungkin karena itulah, mama tidak pernah menjanjikan saya apapun.
8.
Lihat
ke atas dan ke bawah secara seimbang
Ini adalah pelajaran yang unik. Keduanya
mesti lakukan secara seimbang dan tepat, menurut mama. Melihat ke atas dalam
hal prestasi, membandingkan diri dengan orang yang lebih banyak prestasinya,
agar tetap humble dan terbuka untuk terus belajar dan meningkatkan
kemampuan diri. Melihat ke bawah dalam hal kemampuan finansial, bahwa banyak
orang-orang lainnya yang tidak beruntung, sehingga bisa selalu mensyukuri
segala nikmat yang diberikan Allah. Tidak boleh terbalik. Ajaran mama ini
membuat saya terus mengingat bahwa tidak ada yang perlu dibanggakan secara
berlebihan dan ada banyak sekali yang perlu disyukuri dalam hidup ini.
9.
Jangan
menyuramkan muka orang lain
Mama bilang jangan mempermalukan orang
lain by any means. Jangan membuka aib
mereka. Jangan mendebat mereka di depan orang ramai. Jika ingin memberikan
saran, lakukan secara empat mata.
10.
Menikahlah
dengan orang yang mencintaimu
Dari umur belasan saya selalu “diceramahi”
mama soal menikah. Salah satu ajaran beliau adalah untuk menikah dengan orang
yang mencintai saya dan saya pun mencintai orang itu. Memang cinta tidak
bertahan lama dalam sebuah pernikahan, tapi cinta adalah starting point yang baik, pesan beliau. Tanpa cinta, kita tidak akan
memiliki motivasi untuk membahagiakan pasangan. Tanpa cinta, kita tidak akan
memiliki kemauan untuk memahami pasangan. Tanpa cinta, perasaan atau pendapat
pasangan tidak berarti apapun bagi kita. Pastinya cuma mau didengarkan dan
dipahami, tanpa mau mendengarkan atau memahami pasangan. Menikahi orang yang
tidak mencintaimu atau tidak memiliki kemauan untuk belajar mencintaimu adalah living hell, menurut mama. Ya Allah,
izinkan saya dan suami saya nanti saling mencintai hingga kakek nenek. Aamin... #ngarep
Sepuluh pesan di
atas adalah pesan mama yang selalu ingin saya ingat dan lakukan. Saya pun ingin
mengajarkan hal-hal ini ke anak-anak saya nantinya. Dari semua refleksi saya
tentang pesan mama ini, saya akhirnya memahami pentingnya mengajarkan
nilai-nilai, kebiasaan dan nasihat yang memungkinkan anak-anak kita untuk menjalani
setiap detik dalam hidup mereka dengan baik. Karena orang tua tidak bisa selalu
bersama anak-anaknya dan melindungi mereka seumur hidup. Ada saat si anak harus
tinggal jauh dari orang tuanya. Atau malah terkadang takdir harus memutus
semuanya. Mama saya berpulang ke rahmat Allah ketika saya berumur 22 tahun.
Jujur ada saat di mana saya harus mengambil pilihan-pilihan yang sulit dan,
sebagai anak perempuan, di saat seperti
itu saya ingin bertanya dan meminta pendapat mama. Tapi apa daya, mama saya
tidak bisa dihubungi dengan smartphone
secanggih apapun. Jadi yang bisa saya lakukan hanyalah me-refer ke semua nasihat dan ajaran yang selalu beliau contohkan
selama hidupnya. Saya juga terkadang beranalogi. Jika saya mengambil keputusan
A, apakah itu sesuai dengan ajaran mama? Apakah itu akan membuat beliau happy atau malah sad?
Terima kasih mama untuk semuanya.Tiga tahun tanpa mama sulit sekali, tapi Dian bersyukur sudah bisa bersama mama yang hebat kayak mama selama 22 tahun. Hanya ingin
mengakhiri tulisan ini dengan mengutip puisi Dorothy Law Nolthe “Children Learn
What They Live”.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia
akan belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
dia akan belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
dia akan belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia
akan belajar mengasihani dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
dia akan belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia
akan belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
dia akan belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
dia akan belajar mencintai dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih
sayang dan persahabatan, dia akan belajar menemukan cinta dalam hidupnya.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan
sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar tentang keadilan
3 comments:
So touchy.. :')
*hugs*
Sangat ok!
Post a Comment