DISCLAIMER: Bagian
Preamble ini banyak bapernya. Kalo kamu perlu infomasi cepat. Silakan langsung
saja menuju Day 2.
Tahun ini saya memutuskan untuk
melakukan hal yang berbeda di hari ulang tahun saya. Februari mostly selalu
menjadi bulan yang pendek dan sibuk; dan selalu ada saja yang harus saya
lakukan di hari ultah saya dari jaman ABG hingga jaman jadi tante-tante gini. Tahun
lalu saya harus traveling ke remote area untuk sebuah kegiatan audit. No cake. No party. No celebration at all.
Jadi, tahun ini harus beda. Something new.
Anyway, setelah galau
berminggu-minggu, akhirnya saya memutuskan untuk backpacker-an ke Vietnam,
Kamboja dan Thailand. Ini trip impian saya dan daddy. Dulu di tahun 2012, kami sempat merencanakan trip ini meski
akhirnya tidak tereksekusi karena saya keburu harus berangkat mulai kuliah
S2 ke Amerika Serikat. Saking
semangatnya daddy untuk trip ini,
beliau sampe bela-belain buat paspor pertama kalinya dalam hidupnya. Kalau ada
hal yang paling saya sesali, itu adalah tidak pernah traveling bersama ortu
saya. Jika traveling bersama, kami mungkin bisa mengobrol tentang banyak hal
dan menjadi semakin dekat. Juga membuat shared memories yang bisa di-recall
ketika time gets tough (saat tinggal
berjauhan atau bahkan saat tidak bisa berjumpa lagi).
So, man teman yang ortunya masih
ada, sempatin deh waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan
dengan ortu (misalnya mengunjungi tempat yang belum dikunjungi sebelumnya)
meski hanya sekali setahun J
Penyesalan selalu datang terlambat; kalau lebih awal, namanya pendaftaran yah.
Duhh.. kok jadi baper .. sorry..
Sok, kita mulai aja yahh..
Day 1. 20 Februari 2017
Jakarta hujan seharian. Menembus
hujan nukerin dollar ke VIP Money Changer di Jalan Menteng Raya
No.23. VIP Money Changer ini banyak direkomendasikan dalam blog para traveler
karena rate-nya yang bagus.
Saya bertolak ke
Singapura dengan flight Jetstar 3K-206 pada pukul 21:55 WIB.
|
Berselfie ria untuk membunuh waktu di airport. lol
|
|
Jangan lupa bawa first aid kit dan obat-obatan. Just in case. |
Day 2. 21 Februari 2017
Part 1
Tiba di Singapura
sekitar pukul 01:00 pagi waktu setempat. Akhirnya transit di Changi lagi
setelah tujuh tahun tidak pernah transit di Changi. Kali ini juga long layover. Transit sekitar enam jam
sebelum flight ke Ho Chi Minh City.
Karena tiba sudah
terlalu malam, semua free lounge sudah penuh diisi oleh para traveler yang juga
menunggu penerbangan subuh atau pagi mereka. Seperti biasa, setiap kali transit
di Changi, saya memutuskan untuk tidak tidur karena takut tidur terlalu lelap
dan ketinggalan pesawat. Saya pun berkeliling sambil mencari kesempatan untuk
mencicipi masakan lokal. Resto dan food court juga sudah tutup semua.
|
Ini kalorinya berapa yah? Haha.. |
|
Keluyuran dan selfie ria di Changi Airport. lol |
Sekitar pukul 4
pagi, saya memutuskan untuk ke salah satu free lounge untuk men-charge hape
saya yang sekarat. Setelah sekitar 30 menit, para security airport datang untuk
menginspeksi para traveler yang numpang tidur di lounge tersebut. Orang-orang
yang tidur pun dibangunkan dan diminta menunjukkan tiketnya. Traveler yang
tidak bisa menunjukkan tiket transitnya kabarnya akan disuruh keluar dari
lounge bandara.
|
Petugasnya capcuz setelah razia |
Saya akhirnya
terbang ke Ho Chi Minh City dengan Jetstar 3K-555 sekitar jam 8 pagi.
Penerbangan SIN-SGN hanya dua jam.
Part
2 - #SCAM
Setiba di Tân
Sơn Nhất International Airport sekitar jam 9 pagi waku setempat, saya langsung
menuju imigrasi dan menukarkan uang ke money changer yang direkomendasikan oleh
banyak traveler (lokasinya pas di dekat escalator). Dari halte bus yang lokasinya pas di depan
international arrival terminal, saya naik bus nomor 109 tujuan Benh Tanh
market. Busnya nyaman dan ongkos cuma 20.000 VND (sekitar Rp. 10.000).
Perjalanan dari airport ke pusat kota cukup jauh juga ternyata, sekitar 30
menit. Lumayan bisa memandangi kota Ho Chi Minh dari jendela bus. Kesan awal
saya, kota ini klasik.
|
Assalamu'alaikum, Ho Chi Minh City |
|
Bus 109 jurusan airport - Benh Tanh market. Murah, nyaman dan gak terlalu rame. |
Bus 109 ini menurunkan saya di
terminal 23/9 Park yang sebenarnya gak jauh dari hostel saya dan Benh Tanh
market. Kondekturnya mencoba mengarahkan saya dengan Bahasa Inggris yang
terbata-bata. Setelah bertanya dengan beberapa petugas terminal, saya maasih
agak bingung. Saya berjalan sambil terus melihat peta yang telah saya print.
Gak bisa pake GPS karena hape sudah tewas.
Saat tengah kebingungan itu, saya dihampiri
oleh seorang kakek pengemudi becak yang sok kenal sok dekat. Sebelum memulai
trip, saya sudah mencari info cukup banyak tentang Vietnam. Memang Vietnam
paling nge-top soal scam-nya; dan scam-nya juga kebangetan gitu loh. Karena itu
saya tidak ingin mempercayai random people di negara ini. Anyway, saya kena
scam juga oleh kakek berwajah lugu itu. Saat nego dia setuju biayanya 150 VND,
eh pas sampe dan turun, saya diminta bayar 150.000 VND. Cerita lengkapnya akan
saya posting terpisah dengan judul #VIETNAMSCAM.
Saran saya untuk traveler lain:
1) jangan pernah naik becak, ojek atau taksi abal-abal di Ho Chi Minh City meski
sangat kepepet; 2) setiba di Tan Son
Nhat airport beli kartu telepon Viettel (dengan paket internetnya) untuk
navigasi arah; 3) selalu bawa power bank agar hapemu selalu ON dan dipakai
untuk navigasi dengan google map atau memesan grabbike atau grab car.
Part
3
Setiba di
hostel,pukul 11:00, saya langsung
me-settle tagihan hostel dan memesan Chu Chi Tunnel Tour untuk besok. Karena early check in adalah jam 12, masih
satu jam lagi, saya akhirnya memutuskan untuk jalan kaki ke Ben Tanh Market
yang jaraknya hanya sepuluh menit dari hostel saya. Dalam gedung Benh Tanh
Market ini dijual beraneka ragam souvenir khas Vietnam dan makan non-halal.
Karena saya sedang tidak berminat belanja souvenir, saya hanya melihat-lihat
dan akhirnya keluar gedung utama dan berkeliling sambil mencoba locating
resto-resto halal. Di sekitar Benh Tanh Market ini terdapat lumayan banyak
resto halal. Akhirnya saya memilih makan siang di Kampung Pandan. Resto ini
juga memiliki musolah, sehingga pengunjung bisa menumpang sholat. Setelah itu
saya jalan kaki kembali ke hostel untuk istirahat karena belum tidur lebih dari
semalam. Dalam perjalanan saya sempatkan membeli sim card Viettel yang lengkap
dengan paket internetnya seharga 150.000 VND.
|
Kampung Pandan, salah satu resto halal di sekitar Benh Tanh Market |
|
Pho pertama di Ho Chi Minh City, 70.000 VND |
Part
4
Setelah sholat
isya, saya keluar ke Benh Tanh Night Market, lokasinya di jalan-jalan sekitar
Benh Tanh Market. Benh Tanh Market ini mulai rame setelah jam 8. Ada banyak
souvenir, cemilan dan warung tenda. Setelah lelah berkeliling, saya akhirnya memutuskan
makan malam di Daun Restoran dan mencoba Spring Roll dan Kopi Vietnam. Setelah
makan malam dan mengobrol ringan dengan teman baru saya dari New Zealand, saya
akhirnya kembali ke hostel.
|
Dateng terlalu awal. Pedagangnya baru buka lapak dan nyusunin barang |
|
Souvenir. Souvenir. |
|
Tipikal warung tenda yang menyajikan seafood di Benh Tanh Night Market |
|
Asinan Vietnam yang nampuol. Per 100 gram, harganya 40.000 VND |
|
Kopi Vietnam, 30.000 VND |
|
Goi Cuon aka Vietnam spring roll, 90.000 VND |
Day 3. 22 Februari 2017
Part
1 – Cu Chi Tunnel
Happy birthday to
me and Rini! Alhamdulillah tahun ini ulang tahun kami yang ke 28.
|
The birthday girl! |
Busy morning.
Sholat subuh, mandi, dandan dan sarapan pagi. Jam 7: 30 dijemput oleh tur dan
jalan menuju ke Cu Chi Tunnel bersama beberapa orang lainnya dengan menggunakan
van kecil.
|
Mini van bergerak menuju Cu Chi Tunnel |
|
Mampir sebentar ke workshop seniman Vietnam |
Setelah sekitar 1,5 jam, tibalah kami di Cu Chi Tunnel. Cu Chi Tunnel
ini merupakan jaringan terowongan yang menghubungkan terowongan-terowongan bawah tanah yang terletak di Kecamatan Cu Chi,
Kota Ho Chi Minh (Saigon) yang digunakan sebagai tempat bersembunyi oleh
tentara Viet Cong selama bergerilya melawan Amerika.
Selama Perang
Vietnam, terowongan di dalam dan sekitar Cu Chi ini terbukti membuat militer
AS di Saigon kewalahan. Karena terowongan ini, Viet Cong berada di posisi yang mampu mengendalikan di mana dan
kapan pertempuran akan berlangsung. Dengan memungkinkan pemindahan persediaan
dan penempatan pasukan secara diam-diam, Cu Chi Tunnel memungkinan pejuang
Vietnam Utara di daerah Vietnam Selatan bertahan hidup, membantu memperpanjang
perang dan meningkatkan biaya dan korban bagi Amerika hingga hengkangnya
Amerika pada 1972, dan kekalahan final kubu Vietnam Selatan pada tahun 1975.
Perang Vietnam ini satu-satunya proxy war
yang tidak dimenangkan oleh AS lho.
Anyway, Cu Chi
Tunnel ini keren pisan. Canggih dalam kesederhanaan, menurut saya. Di sini bisa lihat segala jenis perangkap
mematikan yang digunakan untuk melumpuhkan tentara-tentara AS. Kita juga bisa
mencoba melewati terowongan yang super sempit dan kecil itu, belajar menembak
dengan AK 47, dan mencicipi makanan yang dimakan oleh tentara Viet Cong selama
masa perang. Benar-benar petualangan seru di hari ultah.
|
Tour guide menjelaskan tentang Cu Chi Tunnel |
|
Tour guide mencontohkan cara tentara Viet Cong memasuki pintu rahasia menuju jaringan Cu Chi Tunnel |
|
Gak seru kalo gak nyoba juga.. Buset dah lobangnya kecil bingits |
|
Tipikal perangkap mematikan yang dipasang untuk tentara AS |
|
Tank ghanimah. Hasil rampasan perang. lol |
|
Tipikal perangkap mematikan yang dipasang untuk tentara AS |
|
Pintu berduri. Tipikal jebakan yang dipasang untuk tentara AS |
|
Patung yang menggambarkan gerilyawan mengambil besi-besi dan TNT dari bekas bom yang dijatuhkan oleh tentara AS. Creative-to-the-max. |
|
Bagian sisa dari bom yang dijatuhkan tentara AS yang digunakan ulang oleh tentara Viet Cong. |
|
Sendal yang digunakan oleh Viet Cong selama perang |
|
Yep, mari kita mulai memasuki Cu Chi Tunnel. Dalamnya sempit dan gelap.
Mesti berjalan sambil jongkok. |
|
Inilah makanan yang dimakan oleh tentara Viet Cong selama jaman perang. Singkong rebus dan cocolannya dari kacang giling dan gula pasir. |
|
Minumnya teh botol S*sro. Eh salah, teh jasmine maksudnya. hehe |
|
Mari kita cicipin. Bismillah. |
|
Pemutaran video dokumenter situasi jaman perang |
Biaya tour: 6 USD
( transportasi PP dengan mini van + tour
guide berbahasa Inggris)
Tiket masuk:
110.000 VND
Part 2 – War Remnant Museum, Reunification Palace,
Notre Dame Cathedral, dan Ho Chi Minh
Central Post Office
War Remnant
Museum ini salah satu museum terpopuler di Vietnam, menarik sekitar setengah
juta pengunjung setiap tahunnya. Museum ini menampilkan kehororan Perang
Vietnam. Pada lantai satu ditampilkan foto korban perang yang berusaha
melanjutkan hidup meski menderita cacat atau trauma, dan protes menentang Perang
Vietnam yang terjadi di berbagai negara, termasuk AS. Pada lantai dua,
ditampilkan foto-foto kekejaman Amerika terhadap warga sipil dan Viet Cong dan
segala jenis bom dan info mengenai senjata kimia mematikan yang digunakan AS
selama perang. Speechless saya. Tak
sanggup menahan air mata melihat semua itu.
|
Gedung War Remnant Museum. Kabarnya ini dulu gedung CIA. |
|
Generasi kedua yang lahir dari generasi pertama yang terkena semprotan senjata kimia yang mematikan |
|
War costs a lot. No doub about that. |
|
Speechless liat fotonya |
Jam operasi:
7:30- 17:00
Tiket masuk:
15.000 VND
Setelah dari War
Remnant Museum, saya menuju ke Reunification Palace. Tempat ini dulunya bernama
Norodom Palace yang merupakan kantor gubernur kolonial Perancis. Selama Perang
Vietnam, ia berubah nama menjadi Independen Palace dan berfungsi sebagai rumah
dan kantor Presiden Vietnam Selatan Jenderal Ngo Dinh Diem yang didukung AS.
Istana ini kemudian dinamai Reunification
Palace setelah tank milik Vietnam Utara merobohkan pintu gerbang
utamanya yang menandai berakhirnya Perang Vietnam pada tahun 1975. Sayangnya ketika saya datang, palace-nya sudah tutup. Jadi hanya bisa jepret dari luar.
|
Reunification Palace |
Setelah dari Reunification Palace, saya menuju ke
Notre Dame Cathedral yang dibangun pada akhir 1880-an oleh kolonial Perancis.
Gedungnya cantik dan kayaknya cocok untuk foto pre-wedding, pasti serasa di
Eropa.
|
Notre Dame Cathedral |
Di seberang Notre
Dame Cathedral, ada Ho Chi Minh Central
Post Office. Dirancang oleh Gustave Eiffel - insinyur terkenal yang juga
merancang Menara Eiffel dan membangun Patung Liberty, kantor pos ini merupakan
sisa keindahan yang terjaga dari zaman colonial Perancis; arsitekturnya masih
sama persis seperti ketika pertama kali dibangun pada tahun 1891.Hingga kini
kantor pos ini berfungsi sebagai kantor pos utama kota di Kota Ho Chi Minh.
Dari sini, saya membeli kartu pos dan mengirimkan ucapan selamat ulang tahun
untuk Rini. Kartu posnya 3.000 VND. Biaya perangko kirim ke Indonesia adalah 10.500 VND.
|
Ho Chi Minh Central Post Office |
|
inside Ho Chi Minh Central Post Office |
Part 3 – Birthday
Dinner, dan Souvenir Shopping
Setelah maghrib,
saya mencoba Pho di resto halal lainnya di dekat Benh Tanh Market. Lagi-lagi
saya kecewa karena rasanya yang tidak otentik, kokinya orang Malaysia. Akhirnya
saya memutuskan untuk pergi ke Pho Muslim yang disebut-sebut oleh banyak blog
traveler. Karena lokasinya yang jauh di Distrik 5, saya ke sana dengan Grabbike
dengan biaya 26.000 VND PP. Seriously, adanya Grabbike ini sangat
membantu.
Semula saya
berniat untuk terlenih dahulu sholat Isya di Masjid Jamiul Islamiyah yang
terletak dekat dengan Pho Muslim tersebut.
Ketika saya tiba di sana, masjid ternyata telah tutup. Akhirnya saya
langsung ke Pho Muslim saja. Pho Muslim letaknya di residential area, dalam lorong kecil, jauh dari area turis.
Tempatnya juga gak fancy. But, it worth all the efforts. Rasanya
maknyus sekali dan otentik. Mumer kebangetan pula. Semangkok Pho dan segelas
teh hanya dibanderol 40.000 VND.
|
Masjid terbesar Kota Ho Chi Minh |
|
Pho Muslim yang uenak, rasanya otentik dan murmer |
|
Beginilah seating arrangement-nya |
|
Pho ini rasanya maknyusss |
Setalah birthday
dinner yang sangat sederhana itu, saya berbelanja souvenir untuk ayuk-ayuk dan
keponakan saya di Benh Tanh Night Market. Well,
saya mostly orangnya gak tegaan kalo
nawar. Gak tau deh harga yang saya dapat sudah merupakan harga normal atau
tidak. Kayaknya sih reasonable, but who
knows.
Setelah puas
berbelanja, saya kembali ke hostel untuk packing barang, sholat dan istirahat
karena besok saya akan berangkat menuju Phnom Penh via bus. Tiket bus ini saya
beli dari salah satu tur agen di dekat Benh Tanh Market seharga 368.000 VND.
Anyway, saya mintanya Mekong Bus; eh ternyata malah dikasi bus lainnya. Waduh,
kena scam lagi nih, batin saya.
Oh ya, soal uang.
Untuk safety, jangan terlalu banyak
membawa uang cash. Saya hanya menukar 50 USD di airport. Sisa VND lainnya saya tarik dari kartu debit Mandiri
via ATM lokal. Selama di HCM City ini saya mengambil VND melalui ATM Sacombank
dan VietinBank. Dari dua atm ini, saya lebih rekomendasi Sacombank karena
service fee-nya lebih rendah. Setiap pengambilan di ATM ini dikenakan biaya 30.000 VND. VietinBank men-charge
55.000 VND untuk setiap kali penarikan. Karena VND tidak bisa digunakan dan
ditukarkan di negara lain, saran saya ambil VND seperlunya saja; dan sisakan seperlunya untuk
bekal perjalanan ke Phnom Penh atau jika bisa, dihabiskan di perbatasan.