Musim
Panas membuat banyak hal terlihat cukup kompleks. Karena waktu siang yang jauh
lebih panjang dari malam, jarak antara maghrib dan subuh dekat sekali. Maghrib pukul
20:30 malam, Isya pukul 22:30 malam dan subuh pukul 3:30 pagi. Jadi, rentang keduanya hanya 7 jam. Dalam 7
jam itu saya harus sholat wajib dan sholat sunnah lainnya, makan, minum dan tidur
secukupnya. Ini Ramadhan ke 2 saya di negeri Paman Sam. Tahun pertama
saya benar-benar struggling dengan semua
kondisi itu. Berkali-kali bangun kesiangan, setelah adzan subuh dari tablet saya, dan
tidak sempat sahur. Puasa 17 jam tanpa sahur itu sesuatu, tanpa segala
kemudahan dari Allah, saya tidak tahu bagaimana jadinya. Di tahun kedua ini
banyak yang berubah karena saya belajar banyak dari pengalaman di tahun pertama. Tapi
ada satu yang tidak berubah; kebersamaan dengan keluarga dan sahabat tercinta.
Jadwal sahur saya adalah jam 2:30 pagi, dan alhamdulillah selalu ditemani saudara kembar saya Rini yang sekarang sedang menimba ilmu di New Zealand, kakak-kakak tercinta, sahabat terdekat dan teman-teman ODOJer di Indonesia via BBM dan whatsapp. Pada saat yang bersamaan, ketika saya sahur, Rini berbuka dan kakak-kakak saya masih menunggu waktu berbuka yang masih lama. Saya juga terkadang mem-posting menu berbuka dan sahur saya untuk menenangkan Rini dan kakak-kakak, bahwa saya makan makanan bernutrisi dan insya Allah tetap sehat dan kuat dalam menjalankan ibadah puasa. Teknologi memang tidak akan mampu menggantikan cinta, tapi teknologi bisa memfasilitasi kita untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita cintai tidak peduli sejauh apapun kita dari mereka.
Jadwal sahur saya adalah jam 2:30 pagi, dan alhamdulillah selalu ditemani saudara kembar saya Rini yang sekarang sedang menimba ilmu di New Zealand, kakak-kakak tercinta, sahabat terdekat dan teman-teman ODOJer di Indonesia via BBM dan whatsapp. Pada saat yang bersamaan, ketika saya sahur, Rini berbuka dan kakak-kakak saya masih menunggu waktu berbuka yang masih lama. Saya juga terkadang mem-posting menu berbuka dan sahur saya untuk menenangkan Rini dan kakak-kakak, bahwa saya makan makanan bernutrisi dan insya Allah tetap sehat dan kuat dalam menjalankan ibadah puasa. Teknologi memang tidak akan mampu menggantikan cinta, tapi teknologi bisa memfasilitasi kita untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita cintai tidak peduli sejauh apapun kita dari mereka.
Tahun ini
adalah tahun ke delapan saya menggunakan Telkomsel dan saya ingin mengucapkan terima
kasih pada Telkomsel yang telah banyak membantu saya mengisi momen-momen
penting bersama keluarga yang amat saya cintai, termasuk saat Ramadhan ini, meski saya dan
mereka terpisahkan oleh samudera dan benua. Terima kasih, Telkomsel!
Brattleboro, 18 Juli 2014