Saya selalu ingin menulis sesuatu tentang seorang Rini Mayasari dari persepektif saya sebagai kakak, adik, dan teman terdekatnya. Saya ingin mengabadikan setiap momen berharga yang telah kami lalui berdua melalui tulisan saya. Entah itu novel, biografi, atau apapun namanya. Ada begitu banyak hal yang tidak ingin saya lupakan seiring dengan berjalannya waktu, bertambah sibuknya hidup, dan semakin melemahnya daya ingat kita sebagai manusia. Mungkin seperti itu juga alasan Pak Habibie yang menulis “Ainun dan Habibie.” Atau malah mungkin nanti saya juga akan menulis “Rini dan Dian.” *becanda, tapi serius
Sebelum
memulai menulis tentang Rini, saya meluangkan sedikit waktu untuk browsing tentang kelahiran kembar. Amerika
Latin, Asia Selatan, dan Asia Tenggara ternyata memiliki angka kelahiran kembar
terendah di dunia; enam hingga sembilan pasang per seribu kelahiran. Cukup
banyak juga riset yang tentang anak-anak kembar, mulai dari kemampuan akademik
hingga kecerdasan emosional. Yang terbaru, seorang profesor ilmu politik dari
sebuah universitas ternama di Amerika Serikat menemukan bahwa 60 persen lebih
dari para kembar dari Amerika dan Australia yang ditelitihnya memiliki
keyakinan politik yang sama.
Terlahir
sebagai kembar, saya dan Rini berbagi banyak hal, bahkan sejak dalam kandungan.
Rini memberikan saya apapun yang dia miliki, kecuali pacarnya. Saya membagi
apapun yang saya miliki dengannya, kecuali mie instan. What?
Rini loves her boyfriend itu wajar.
Nah saya? Jawaban logisnya, saya mencintai mie instan sama seperti Rini
mencintai pacarnya. Tapi please pacarnya
Rini jangan disamakan dengan mie instan yah. LOL
Rini
adalah orang ke dua terpenting dalam hidup saya, setelah mom tentunya. Saat saya
bahagia, sedih, marah, bosan, kesal, takut, terharu, atau so forth, Rini adalah
orang pertama yang saya beri tahu. Ada yang kurang tanpa Rini. Satu hari saja
tanpa Rini, hidup akan terasa sangat, sangat, dan sangat sepi. Maka, hal kedua yang saya lakukan
setelah bangun tidur adalah mengecek BBM, whatssapp, atau inbox sms darinya.
Karena
dia adalah VVVIP bagi saya, tidak pernah ada rahasia antara kami berdua. Saya
menceritakan segalanya, bahkan hal-hal yang sangat remeh pun. Dan Rini selalu dengan sabar mendengarkan
semuanya, termasuk cerita-cerita konyol saya. Dia juga tetap bersabar ketika
saya mulai mengupas tentang teori-teori memusingkan yang saya pelajari di
kelas-kelas saya. Saya pikir tidak ada
orang yang bisa lebih bersabar dalam berdiskusi dengan saya selain Rini.
Rini
juga selalu menjadi semacam guardian
angel untuk saya. Dia adalah orang yang paling pertama membela saya dalam
hal apa pun Ketika dulu tersebar rumor bahwa saya mencontek setelah ulangan
harian (UH) di D’ Bastille (sebutan untuk SMA saya), Rini dengan beraninya menemui salah satu
penyebar rumor dan meminta orang itu untuk mengklarifikasinya. Ketika seorang
kakak kelas membuat saya patah hati, Rini juga nekat “menginterogasi” kakak
kelas tersebut.
Jarak
bermil-mil jauhnya juga tidak mengubah apa pun. Rini menemani saya dalam proses
panjang aplikasi Global UGrad. Dia memberi banyak masukan untuk draft personal statement saya. Dini hari sebelum wawancara di AMINEF
dia juga menelpon & menyemangati saya dari Los Angeles (LA). Selain itu, dia memilih menghabiskan libur
musim dinginnya di LA agar dapat membelikan saya PSP & kamera.
Setelah
saya lulus kuliah, Rini memberikan tabungan terakhirnya untuk meng-cover segala biaya yang berhubungan
dengan aplikasi Erasmus Mundus saya. Akhir 2010 dan awal 2011, dia juga
membiayai perjalanan saya ke Bandung, Bangkok,
dan Jogja. Setiap kali bepergian ke mana pun, Rini yang sangat suka traveling juga selalu membelikan banyak oleh-oleh untuk saya. She’s my hero.
Seorang
Rini Mayasari juga merupakan inspirasi terbesar kedua dalam hidup saya. Saya mengagumi
Rini yang sangat visionary, persistent, dan optimis tentang
mimpi-mimpinya. Dia sangat serius tentang mimpinya untuk menimba ilmu di luar
negeri. Dalam enam tahun terakhir Rini sudah apply 10 jenis beasiswa. Dia mencoba Monbhukagakuso di tahun 2006,
SPACE dan Global UGrad di tahun 2007, 2 jenis beasiswa Erasmus Mundus di tahun
2010, Fulbright, ALA dan New Zealand-ASEAN di tahun 2011, dan New
Zealand-ASEAN, ADS, dan DAAD di tahun 2012. Meski dengan segala keterbatasan waktu, dia
tetap mengerjakan aplikasi beasiswa apa pun dengan penuh semangat. Kadang saya
geleng-geleng kepala melihat “kenekatan” Rini.
Di
tahun 2008, Rini memberikan inspirasi yang SUPER LUAR BIASA dengan memenangkan
beasiswa Global UGrad dan bertolak menuju Los Angeles pada 27 Mei 2008. Rini
menjadi orang pertama dalam keluarga kami yang mengecap pendidikan di luar
negeri setelah bertahun-tahun kami berdua berjuang untuk mendapatkan kesempatan
itu. Itu adalah momentum yang sangat penting bagi saya. Rini membuktikannya, nothing is impossible. Rini membuktikan
bahwa seorang anak dari keluarga abdi
negara pun bisa menimba ilmu di luar negeri. Rini membuktikan bahwa kami
insya Allah, dengan segala pertolongan dari Allah SWT tentunya, bisa mencapai
apa pun yang ingin kami capai jika kami bekerja keras dan take it seriously.
Kepeduliannya
tentang isu sosial dan keinginannya untuk berkontribusi pada negeri ini juga
sangat mengagumkan. Saya angkat topi
untuk Rini yang memilih bekerja sebagai Pengajar Muda di pedalaman Kalimantan
Timur. Tentunya ada banyak sekali tantangan dalam bekerja di daerah yang sangat
asing untuknya, mulai dari perbedaan budaya, perspektif masyarkat yang tidak begitu peduli
tentang pendidikan anak-anak mereka, hingga rendahnya etos kerja guru. Rini
melalui semua itu dengan sangat baik. Dia menjadi seorang guru yang sangat
dicintai siswanya, dan seorang perempuan
muda yang menginspirasi masyarakat setempat dan koleganya. Kadang saya merasa
bersalah ketika saya bekerja di kantor yang yang ber-AC dan berfasilitas
lengkap, sedangkan Rini harus bekerja dalam segala keterbatasan. Tapi saya
pikir kami berdua hanya bekerja dalam dua konteks yang berbeda untuk satu
tujuan yang sama, membangun negeri tercinta ini melalui pendidikan. *menghibur
diri gitu yah.. LOL
Kami
melalui begitu banyak masa sulit berdua. Dan saya belajar banyak dari ketegaran
seorang Rini. Saya ingat sekali, hari itu adalah hari ke-lima setelah mommy operasi. Setelah sholat dzuhur,
saya dan Rini duduk di depan paviliun mommy.
Dia bercerita bahwa di sholatnya tadi dia berdoa semoga Allah memberikan yang
terbaik untuk mom. Dia memohon kesembuhan untuk beliau jika Allah
masih mengizinkan kami untuk bersama beliau. Tapi jika Allah memutuskan bahwa mommy harus pergi, dia rela. Dia tidak
ingin mom menderita. Sedangkan saya, di
setiap sholat, hanya memohon semoga Allah memberikan saya kesempatan untuk
bersama mommy dan membahagiakan
beliau, bahkan jika beliau tidak bisa
sama seperti sebelumnya pun tidak apa-apa bagi saya. Saya begitu mencintai beliau dan tidak siap berpisah dengannya. Saya
akhirnya sadar, ternyata saya egois sekali. Saya semestinya berdoa dengan doa
yang sama seperti doa Rini, tapi tetap saja...saya pikir saya benar-benar tidak
sanggup jika harus berpisah dengan mommy.
Air mata kami pun mengalir dengan deras.
Tiga
bulan pertama setelah mom pergi, saya
kadang masih menelpon Rini sambil menangis. Rini berkata, “It’s OK to cry.” Dan kami pun ended
up menangis bersama di telpon. Sesaat setalah mom menghembuskan napas terakhirnya, saya berjanji pada beliau
bahwa saya akan berusaha menjadi kakak terbaik sekaligus ibu untuk Rini. Saya sudah
berusaha keras untuk membuat diri saya sangat sibuk dengan pekerjaan di kantor
agar saya tidak mempunyai waktu dan energi untuk menangis. Saya bahkan
volunteering untuk jadi pelatih salah satu youth
program yang diadakan setiap weekend.
Tapi ternyata saya masih saja menangis
saat memori saya recalling momen-momen
bahagia bersama mommy. After
all, saya dan Rini berusaha untuk kuat dan saling menguatkan dalam melalui
hari-hari tanpa ibu yang sangat kami cintai.
Terlahir mom yang dominan otak kiri dan dad yang dominan otak kanan merupakan anugerah yang luar biasa untuk saya dan Rini. Rini yang dominan otak kanan dan saya yang dominan otak kiri saling melengkapi satu sama lain. Jika dipikir-pikir, Rini dan saya juga survive banyak proses long distance love (LDL). Kami melalui LDL Los Angeles-Indralaya selama 2008-2009, Palembang-San Francisco di 2010, Blebak- Palembang di 2011-pertengahan 2012, Blebak-Brattelboro di akhir 2012, dan Hamilton-Brattleboro di awal 2013-sekarang. Subhanallah.. Alhamdulillah… Terima kasih Allah yang telah menganugerahkan saya seorang saudari kembar yang sangat luar biasa. Terima kasih Allah untuk semuanya yang terjadi dalam 24 tahun ini. Saya ingin menutup tulisan ini dengan doa rabitha, doa pengikat hati, untuk kami berdua.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syari’at-Mu.Maka kukuhkanlah ikatannya ya Allah. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah hati kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan keindahan bertawakkal kepada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat pada-Mu. Matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu.Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong ya Allah. Sampaikanlah kesejahteraan, ya Allah, pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.”
Amin.
P. S. Happy birthday, cintaku Rini Mayasari! Saranghae, uri dongsaeng..
Brattleboro, 21 Februari 2013, 06:01 pagi - 22 Februari 2013, 00:01 dini hari waktu Hamilton
Brattleboro, 21 Februari 2013, 06:01 pagi - 22 Februari 2013, 00:01 dini hari waktu Hamilton
8 comments:
siapa itu kakak yang bikin hati sampe patah
happy birthday yah deeri
Kasi tau gak yah? hehe..
Tanya sama Rini, Jiz :D
Makasih Aziz :)
mb,, klian berdua adlh twin yg luar biasa yang prnah aq knal mb :D
maaf ya mb, buka2 blog mb ;)
terharu kak,,, sukses selalu buat kalian berdua kak, semoga selalu dilindugi Allah SWT
Wahh Mutik lebay nih :P *jadi malu*
Thanks yah udah mampir ke blog Mbak :)
Aamin.. Makasih doanya dek :) Maaciih yah udah mampir ke blog kk..
hahahaha.. Ruame yg komen.. :D
Post a Comment