Aku rindu padanya, rindu pada kacamatanya, rindu pada matanya yang menyipit ketika tersenyum padaku, rindu pada caranya menyebut namaku. Aku rindu mendengarnya mengetuk pintu apartemenku. Aku rindu berjalan di tengah gerimis bersamanya. Aku rindu memakai payung biru yang dia belikan untukku. Aku rindu memasak makan siang untuknya. Aku rindu pergi ke gym bersamanya, memandangnya berlari dengan cepat di treadmill favoritnya. Aku rindu makan malam bersamanya di dining hall, dan mendengar dia mengomeli aku gara-gara aku hanya makan sebuah pisang sebagai santap malamku.
Aku rindu mendengarnya berkata bahwa wajahku terlihat ceria sekali. Aku rindu melihat dia begitu cemas ketika aku tidak makan dengan teratur. Aku rindu melihatnya memasak makan malam untukku ketika aku terlalu disibukkan oleh skripsiku. Aku rindu omelannya ketika aku mulai mengkhawatirkan beberapa hal secara berlebihan. Aku rindu dia menemukanku dengan mata berbinar-binar ketika beberapa hari kami tidak bertemu karena aku terlalu sibuk dengan tugas kuliahku.
Aku rindu melakukan community service bersamanya setiap sabtu, meski itu membuat aku harus membuat aku menghabiskan hari mingguku seharian di depan laptop; berkutat dengan jurnal-jurnal yang deadlinenya hari senin. Aku rindu belajar bersamanya, membaca jurnal-jurnal untuk ES 308, meski jurnal-jurnal tersebut membuat kepalaku berputar tujuh keliling. Aku rindu berdiskusi tentang apa saja dengannya, meski diskusi kami kadang diakhiri dengan pujian yang agak lebay darinya. Aku rindu pergi ke kelas gamelan bersamanya, meski rumah Sharon, sang guru, sangat jauh dari HSU. Aku rindu melihatnya menemani aku menangis, meski tangisku itu hanya untuk hal remeh temeh. Aku rindu menemukannya online dalam list YM-ku, meski apartemen kami hanya terpisahkan oleh satu gedung.
Aku rindu. Benar-benar rindu. Rindu sebenar-benarnya pada setiap hal kecil yang kulakukan bersamanya.
#December 1, 2010 Palembang 15.00 WIB