CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday, March 29, 2017

Indochina Trip: Part 1



DISCLAIMER: Bagian Preamble ini banyak bapernya. Kalo kamu perlu infomasi cepat. Silakan langsung saja menuju Day 2. 

Tahun ini saya memutuskan untuk melakukan hal yang berbeda di hari ulang tahun saya. Februari mostly selalu menjadi bulan yang pendek dan sibuk; dan selalu ada saja yang harus saya lakukan di hari ultah saya dari jaman ABG hingga jaman jadi tante-tante gini. Tahun lalu saya harus traveling ke remote area untuk sebuah kegiatan audit. No cake. No party. No celebration at all. Jadi, tahun ini harus beda. Something new.

Anyway, setelah galau berminggu-minggu, akhirnya saya memutuskan untuk backpacker-an ke Vietnam, Kamboja dan Thailand. Ini trip impian saya dan daddy. Dulu di tahun 2012, kami sempat merencanakan trip ini meski akhirnya tidak tereksekusi karena saya keburu harus berangkat mulai kuliah S2  ke Amerika Serikat. Saking semangatnya daddy untuk trip ini, beliau sampe bela-belain buat paspor pertama kalinya dalam hidupnya. Kalau ada hal yang paling saya sesali, itu adalah tidak pernah traveling bersama ortu saya. Jika traveling bersama, kami mungkin bisa mengobrol tentang banyak hal dan menjadi semakin dekat. Juga membuat shared memories yang bisa di-recall ketika time gets tough (saat tinggal berjauhan atau bahkan saat tidak bisa berjumpa lagi).

So, man teman yang ortunya masih ada, sempatin deh waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan dengan ortu (misalnya mengunjungi tempat yang belum dikunjungi sebelumnya) meski hanya sekali setahun J Penyesalan selalu datang terlambat; kalau lebih awal, namanya pendaftaran yah. Duhh.. kok jadi baper .. sorry..
Sok, kita mulai aja yahh..

Day 1. 20 Februari 2017

Jakarta hujan seharian. Menembus hujan nukerin dollar ke VIP Money Changer di Jalan Menteng Raya No.23. VIP Money Changer ini banyak direkomendasikan dalam blog para traveler karena rate-nya yang bagus.

Saya bertolak ke Singapura dengan flight Jetstar 3K-206 pada pukul 21:55 WIB.

Berselfie ria untuk membunuh waktu di airport. lol


Jangan lupa bawa first aid kit dan obat-obatan. Just in case





Day 2. 21 Februari 2017
 Part 1
Tiba di Singapura sekitar pukul 01:00 pagi waktu setempat. Akhirnya transit di Changi lagi setelah tujuh tahun tidak pernah transit di Changi. Kali ini juga long layover. Transit sekitar enam jam sebelum flight ke Ho Chi Minh City.

Karena tiba sudah terlalu malam, semua free lounge sudah penuh diisi oleh para traveler yang juga menunggu penerbangan subuh atau pagi mereka. Seperti biasa, setiap kali transit di Changi, saya memutuskan untuk tidak tidur karena takut tidur terlalu lelap dan ketinggalan pesawat. Saya pun berkeliling sambil mencari kesempatan untuk mencicipi masakan lokal. Resto dan food court juga sudah tutup semua.
Ini kalorinya berapa yah? Haha..


Keluyuran dan selfie ria di Changi Airport. lol

Sekitar pukul 4 pagi, saya memutuskan untuk ke salah satu free lounge untuk men-charge hape saya yang sekarat. Setelah sekitar 30 menit, para security airport datang untuk menginspeksi para traveler yang numpang tidur di lounge tersebut. Orang-orang yang tidur pun dibangunkan dan diminta menunjukkan tiketnya. Traveler yang tidak bisa menunjukkan tiket transitnya kabarnya akan disuruh keluar dari lounge bandara.


Petugasnya capcuz setelah razia
Saya akhirnya terbang ke Ho Chi Minh City dengan Jetstar 3K-555 sekitar jam 8 pagi. Penerbangan SIN-SGN hanya dua jam.

Part 2 - #SCAM

Setiba di Tân Sơn Nhất International Airport sekitar jam 9 pagi waku setempat, saya langsung menuju imigrasi dan menukarkan uang ke money changer yang direkomendasikan oleh banyak traveler (lokasinya pas di dekat escalator).  Dari halte bus yang lokasinya pas di depan international arrival terminal, saya naik bus nomor 109 tujuan Benh Tanh market. Busnya nyaman dan ongkos cuma 20.000 VND (sekitar Rp. 10.000). Perjalanan dari airport ke pusat kota cukup jauh juga ternyata, sekitar 30 menit. Lumayan bisa memandangi kota Ho Chi Minh dari jendela bus. Kesan awal saya, kota ini klasik.

Assalamu'alaikum, Ho Chi Minh City


Bus 109 jurusan airport - Benh Tanh market. Murah, nyaman dan gak terlalu rame. 
Bus 109 ini menurunkan saya di terminal 23/9 Park yang sebenarnya gak jauh dari hostel saya dan Benh Tanh market. Kondekturnya mencoba mengarahkan saya dengan Bahasa Inggris yang terbata-bata. Setelah bertanya dengan beberapa petugas terminal, saya maasih agak bingung. Saya berjalan sambil terus melihat peta yang telah saya print. Gak bisa pake GPS karena hape sudah tewas.

Saat tengah kebingungan itu, saya dihampiri oleh seorang kakek pengemudi becak yang sok kenal sok dekat. Sebelum memulai trip, saya sudah mencari info cukup banyak tentang Vietnam. Memang Vietnam paling nge-top soal scam-nya; dan scam-nya juga kebangetan gitu loh. Karena itu saya tidak ingin mempercayai random people di negara ini. Anyway, saya kena scam juga oleh kakek berwajah lugu itu. Saat nego dia setuju biayanya 150 VND, eh pas sampe dan turun, saya diminta bayar 150.000 VND. Cerita lengkapnya akan saya posting terpisah dengan judul #VIETNAMSCAM.

Saran saya untuk traveler lain: 1) jangan pernah naik becak, ojek atau taksi abal-abal di Ho Chi Minh City meski sangat kepepet; 2)  setiba di Tan Son Nhat airport beli kartu telepon Viettel (dengan paket internetnya) untuk navigasi arah; 3) selalu bawa power bank agar hapemu selalu ON dan dipakai untuk navigasi dengan google map atau memesan grabbike atau grab car. 

Part 3
Setiba di hostel,pukul 11:00,  saya langsung me-settle tagihan hostel dan memesan Chu Chi Tunnel Tour untuk besok.  Karena early check in adalah jam 12, masih satu jam lagi, saya akhirnya memutuskan untuk jalan kaki ke Ben Tanh Market yang jaraknya hanya sepuluh menit dari hostel saya. Dalam gedung Benh Tanh Market ini dijual beraneka ragam souvenir khas Vietnam dan makan non-halal. Karena saya sedang tidak berminat belanja souvenir, saya hanya melihat-lihat dan akhirnya keluar gedung utama dan berkeliling sambil mencoba locating resto-resto halal. Di sekitar Benh Tanh Market ini terdapat lumayan banyak resto halal. Akhirnya saya memilih makan siang di Kampung Pandan. Resto ini juga memiliki musolah, sehingga pengunjung bisa menumpang sholat. Setelah itu saya jalan kaki kembali ke hostel untuk istirahat karena belum tidur lebih dari semalam. Dalam perjalanan saya sempatkan membeli sim card Viettel yang lengkap dengan paket internetnya seharga 150.000 VND.


Kampung Pandan, salah satu resto halal di sekitar Benh Tanh Market
Pho pertama di Ho Chi Minh City, 70.000 VND


Part 4
Setelah sholat isya, saya keluar ke Benh Tanh Night Market, lokasinya di jalan-jalan sekitar Benh Tanh Market. Benh Tanh Market ini mulai rame setelah jam 8. Ada banyak souvenir, cemilan dan warung tenda. Setelah lelah berkeliling, saya akhirnya memutuskan makan malam di Daun Restoran dan mencoba Spring Roll dan Kopi Vietnam. Setelah makan malam dan mengobrol ringan dengan teman baru saya dari New Zealand, saya akhirnya kembali ke hostel.

Dateng terlalu awal. Pedagangnya baru buka lapak dan nyusunin barang
Souvenir. Souvenir. 
Tipikal warung tenda yang menyajikan seafood di Benh Tanh Night Market


Asinan Vietnam yang nampuol. Per 100 gram, harganya 40.000 VND

Kopi Vietnam, 30.000 VND

Goi Cuon aka Vietnam spring roll, 90.000 VND



Day 3. 22 Februari 2017

Part 1 – Cu Chi Tunnel
Happy birthday to me and Rini! Alhamdulillah tahun ini ulang tahun kami yang ke 28.

The birthday girl!


Busy morning. Sholat subuh, mandi, dandan dan sarapan pagi. Jam 7: 30 dijemput oleh tur dan jalan menuju ke Cu Chi Tunnel bersama beberapa orang lainnya dengan menggunakan van kecil. 


Mini van bergerak menuju Cu Chi Tunnel


Mampir sebentar ke workshop seniman Vietnam

Setelah sekitar 1,5 jam, tibalah kami di Cu Chi Tunnel. Cu Chi Tunnel ini merupakan jaringan terowongan yang menghubungkan terowongan-terowongan  bawah tanah yang terletak di Kecamatan Cu Chi,  Kota Ho Chi Minh (Saigon) yang  digunakan sebagai tempat bersembunyi oleh tentara Viet Cong selama bergerilya melawan Amerika.

Selama Perang Vietnam, terowongan di dalam dan sekitar Cu Chi ini terbukti membuat militer AS di Saigon kewalahan. Karena terowongan ini, Viet Cong berada di posisi yang mampu mengendalikan di mana dan kapan pertempuran akan berlangsung. Dengan memungkinkan pemindahan persediaan dan penempatan pasukan secara diam-diam, Cu Chi Tunnel memungkinan pejuang Vietnam Utara di daerah Vietnam Selatan bertahan hidup, membantu memperpanjang perang dan meningkatkan biaya dan korban bagi Amerika hingga hengkangnya Amerika pada 1972, dan kekalahan final kubu Vietnam Selatan pada tahun 1975. Perang Vietnam ini satu-satunya proxy war yang tidak dimenangkan oleh AS lho.

Anyway, Cu Chi Tunnel ini keren pisan. Canggih dalam kesederhanaan, menurut saya.  Di sini bisa lihat segala jenis perangkap mematikan yang digunakan untuk melumpuhkan tentara-tentara AS. Kita juga bisa mencoba melewati terowongan yang super sempit dan kecil itu, belajar menembak dengan AK 47, dan mencicipi makanan yang dimakan oleh tentara Viet Cong selama masa perang. Benar-benar petualangan seru di hari ultah.  

Tour guide menjelaskan tentang Cu Chi Tunnel 

Tour guide mencontohkan cara tentara Viet Cong memasuki pintu rahasia menuju jaringan Cu Chi Tunnel

Gak seru kalo gak nyoba juga.. Buset dah lobangnya kecil bingits


Tipikal perangkap mematikan yang dipasang untuk tentara AS
Tank ghanimah. Hasil rampasan perang. lol

Tipikal perangkap mematikan yang dipasang untuk tentara AS

Pintu berduri. Tipikal jebakan yang dipasang untuk tentara AS

Patung yang menggambarkan gerilyawan mengambil besi-besi dan TNT dari bekas bom yang dijatuhkan oleh tentara AS. Creative-to-the-max. 

Bagian sisa dari bom yang dijatuhkan tentara AS yang digunakan ulang oleh tentara Viet Cong. 

Sendal yang digunakan oleh Viet Cong selama perang



Yep, mari kita mulai memasuki Cu Chi Tunnel. Dalamnya sempit dan gelap.
Mesti berjalan sambil jongkok. 


Inilah makanan yang dimakan oleh tentara Viet Cong selama jaman perang. Singkong rebus dan cocolannya dari kacang giling dan gula pasir. 

Minumnya teh botol S*sro. Eh salah, teh jasmine maksudnya. hehe

Mari kita cicipin. Bismillah. 

Pemutaran video dokumenter situasi jaman perang


Biaya tour: 6 USD ( transportasi PP dengan mini van + tour guide berbahasa Inggris)
Tiket masuk: 110.000 VND

Part 2 – War Remnant Museum, Reunification Palace, Notre Dame Cathedral, dan  Ho Chi Minh Central Post Office
War Remnant Museum ini salah satu museum terpopuler di Vietnam, menarik sekitar setengah juta pengunjung setiap tahunnya. Museum ini menampilkan kehororan Perang Vietnam. Pada lantai satu ditampilkan foto korban perang yang berusaha melanjutkan hidup meski menderita cacat atau trauma, dan protes menentang Perang Vietnam yang terjadi di berbagai negara, termasuk AS. Pada lantai dua, ditampilkan foto-foto kekejaman Amerika terhadap warga sipil dan Viet Cong dan segala jenis bom dan info mengenai senjata kimia mematikan yang digunakan AS selama perang. Speechless saya. Tak sanggup menahan air mata melihat semua itu.

Gedung War Remnant Museum. Kabarnya ini dulu gedung CIA. 


Generasi kedua yang lahir dari generasi pertama yang terkena semprotan senjata kimia yang mematikan

War costs a lot. No doub about that. 





Speechless liat fotonya

Jam operasi: 7:30- 17:00
Tiket masuk: 15.000 VND

Setelah dari War Remnant Museum, saya menuju ke Reunification Palace. Tempat ini dulunya bernama Norodom Palace yang merupakan kantor gubernur kolonial Perancis. Selama Perang Vietnam, ia berubah nama menjadi Independen Palace dan berfungsi sebagai rumah dan kantor Presiden Vietnam Selatan Jenderal Ngo Dinh Diem yang didukung AS. Istana ini kemudian dinamai Reunification Palace setelah tank milik Vietnam Utara merobohkan pintu gerbang utamanya yang menandai berakhirnya Perang Vietnam pada tahun 1975. Sayangnya ketika saya datang, palace-nya sudah tutup. Jadi hanya bisa jepret dari luar. 

Reunification Palace

Setelah dari Reunification Palace, saya menuju ke Notre Dame Cathedral yang dibangun pada akhir 1880-an oleh kolonial Perancis. Gedungnya cantik dan kayaknya cocok untuk foto pre-wedding, pasti serasa di Eropa.


Notre Dame Cathedral
Di seberang Notre Dame Cathedral, ada Ho Chi Minh Central Post Office. Dirancang oleh Gustave Eiffel - insinyur terkenal yang juga merancang Menara Eiffel dan membangun Patung Liberty, kantor pos ini merupakan sisa keindahan yang terjaga dari zaman colonial Perancis; arsitekturnya masih sama persis seperti ketika pertama kali dibangun pada tahun 1891.Hingga kini kantor pos ini berfungsi sebagai kantor pos utama kota di Kota Ho Chi Minh. Dari sini, saya membeli kartu pos dan mengirimkan ucapan selamat ulang tahun untuk Rini. Kartu posnya 3.000 VND. Biaya perangko kirim ke Indonesia adalah 10.500 VND. 



Ho Chi Minh Central Post Office
inside Ho Chi Minh Central Post Office



Part 3 – Birthday Dinner, dan Souvenir Shopping
Setelah maghrib, saya mencoba Pho di resto halal lainnya di dekat Benh Tanh Market. Lagi-lagi saya kecewa karena rasanya yang tidak otentik, kokinya orang Malaysia. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Pho Muslim yang disebut-sebut oleh banyak blog traveler. Karena lokasinya yang jauh di Distrik 5, saya ke sana dengan Grabbike dengan biaya 26.000 VND PP.  Seriously, adanya Grabbike ini sangat membantu.

Semula saya berniat untuk terlenih dahulu sholat Isya di Masjid Jamiul Islamiyah yang terletak dekat dengan Pho Muslim tersebut.  Ketika saya tiba di sana, masjid ternyata telah tutup. Akhirnya saya langsung ke Pho Muslim saja. Pho Muslim letaknya di residential area, dalam lorong kecil, jauh dari area turis. Tempatnya juga gak fancy. But, it worth all the efforts. Rasanya maknyus sekali dan otentik. Mumer kebangetan pula. Semangkok Pho dan segelas teh hanya dibanderol 40.000 VND.


Masjid terbesar Kota Ho Chi Minh
Pho Muslim yang uenak, rasanya otentik dan murmer

Beginilah seating arrangement-nya
Pho ini rasanya maknyusss


Setalah birthday dinner yang sangat sederhana itu, saya berbelanja souvenir untuk ayuk-ayuk dan keponakan saya di Benh Tanh Night Market. Well, saya mostly orangnya gak tegaan kalo nawar. Gak tau deh harga yang saya dapat sudah merupakan harga normal atau tidak. Kayaknya sih reasonable, but who knows.



Setelah puas berbelanja, saya kembali ke hostel untuk packing barang, sholat dan istirahat karena besok saya akan berangkat menuju Phnom Penh via bus. Tiket bus ini saya beli dari salah satu tur agen di dekat Benh Tanh Market seharga 368.000 VND. Anyway, saya mintanya Mekong Bus; eh ternyata malah dikasi bus lainnya. Waduh, kena scam lagi nih, batin saya. 


Oh ya, soal uang. Untuk safety, jangan terlalu banyak membawa uang cash. Saya hanya menukar 50 USD di airport. Sisa VND lainnya saya tarik dari kartu debit Mandiri via ATM lokal. Selama di HCM City ini saya mengambil VND melalui ATM Sacombank dan VietinBank. Dari dua atm ini, saya lebih rekomendasi Sacombank karena service fee-nya lebih rendah. Setiap pengambilan di ATM ini dikenakan biaya 30.000 VND. VietinBank men-charge 55.000 VND untuk setiap kali penarikan. Karena VND tidak bisa digunakan dan ditukarkan di negara lain, saran saya ambil VND seperlunya saja; dan sisakan seperlunya untuk bekal perjalanan ke Phnom Penh atau jika bisa, dihabiskan di perbatasan. 

Saturday, October 17, 2015

Surat untuk Ayahku

Dear Daddy,
Semalam aku tidur jam 1 pagi; sangat mencemaskan kondisi daddy sampai-sampai tidak bisa tidur.  Sebelum tidur,  aku mengobrol dengan dr. Danar. Di ujung obrolan tersebut, aku menyimpulkan bahwa aku harus menerima kenyataan; dengan kondisi saat itu daddy mungkin tidak akan bertahan lama. Pahit untuk diterima. Aku masih berharap keajaiban akan terjadi, meski kemungkinannya kecil sekali. Air mata jatuh berderaian. Bagaimanapun, kuputuskan untuk pulang ke Palembang besok pagi (hari ini). Kupejamkan mata, lalu terlelap dengan air mata yang masih membasahi pipi.
Setelah sholat subuh, ponselku berdering dan aku mendengar yuk Linda terisak mengabarkan bahwa daddy telah berpulang ke rahmat-Nya. Tangisku pun pecah. Hatiku rasanya hancur berkeping-keping detik itu juga. Aku menelpon line manager dan mengabarkan hal ini ke teman-teman kantor sambil terisak-isak. Aku mandi, book tiket dan sarapan dengan deraian airmata. Airmata tetap tak terbendung; aku menangis sepanjang perjalanan ke bandara; menangis tanpa henti di bandara. Pedih sekali hati ini rasanya, dad. Saat hati pedih seperti itu, hanya tangisan yang bisa melegakan.
Di bandara, biasanya daddy telah berdiri di depan pintu kedatangan menungguku. Hari ini aku tidak melihat daddy. Yang ada hanya yuk Ayit dan Kak Fatahillah. Aku telah merindukanmu detik itu juga, dad. Detik itu aku juga tahu bahwa hidup tidak akan pernah sama lagi. Perjalanan menuju rumah pun terasa panjang sekali. Sepanjang jalan, aku menahan tangis. Daddy tahu kan yuk Ayit bagaimana? Kalau aku menangis, yuk Ayit juga pasti akan menangis.
Di ruang tamu, aku melihat daddy terbujur kaku dan pucat. Tangisku pecah lagi. Unbelieveable, dad. We have so much to do. Kita mesti ke New Zealand untuk wisuda Rini tahun depan. Kita belum berhaji bersama. Daddy juga belum menikahkan aku. Daddy belum melihat anaknya Rini dan anakku. Dan masih banyak hal lainnya yang sudah kita rencanakan. We have so much to do, dad.
Lalu, kubisikkan pada daddy, “Daddy, aku sedih sekali. Tapi daddy jangan cemas, aku insya Allah akan baik-baik saja. Aku insya Allah akan menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Ada yuk Linda, yuk Ayit dan Rini yang bersamaku.” Aku serius, dad. Jangan cemas. Aku tahu kecemasan terbesar dalam hidup mommy adalah meninggalkan aku dan Rini sebagai yatim/piatu/ yatim piatu dalam usia yang terlalu muda dan membuat kami terlantar. Daddy mungkin juga punya kecemasan yang sama.
Terima kasih sudah berjuang sekuat tenaga untuk tetap hidup dan memberikan aku kesempatan untuk merawat daddy di RS. Selama di rumah sakit, setiap pagi daddy selalu menceritakan lelucon untuk menghiburku. Daddy sakit, tapi masih saja berusaha menghibur aku. Maafkan aku yang selalu memaksa daddy makan. Aku tidak tahu bahwa daddy tidak mau makan karena perut daddy terasa perih sekali. Daddy tahu kan, aku selalu bahagia dengan pilihan apun yang kuambil dalam hidupku. Tapi ternyata aku juga bisa menyesal; sangat menyesal tidak kuliah di Fakultas Kedokteran saat mommy dan daddy sakit dan menderita seperti itu. Tapi aku tahu aku juga mungkin tidak akan bisa menyelamatkan mommy dan daddy meski aku seorang dokter.
Dad, terima kasih telah mencoba sebaik mungkin untuk menjadi ayah sekaligus ibu untuk kami setelah kepergian mommy. Pasti sulit sekali yah, dad. Aku sangat mengapresiasi segala upaya daddy itu. Keluarga kita tak pernah sama lagi sejak mommy pergi. Tapi kita semua berusaha menjalani hidup senormal mungkin karena setidaknya kami masih memiliki daddy.
Terima kasih telah selalu mendukung setiap pilihan dalam hidupku, dad. Daddy tidak pernah bertanya kenapa aku memilih ini, kenapa memilih itu. Tidak semua perempuan beruntung memiliki ayah seperti itu. Ini adalah salah satu hal yang selalu aku syukuri dalam hidupku, dad.
Daddy sayang, terima kasih telah mengirimku kuliah ke Amerika. Kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, belajar banyak hal baru, bertemu professor yang hebat dan teman-teman yang luar biasa adalah seperti proses metamorphosis untukku, dad. Semua itu juga banyak membantu mengurangi luka hatiku karena kehilangan mommy.
Terima kasih telah selalu memperlakukan aku seperti seorang putri dan memperbolehkan aku melakukan apapun yang aku mau. Ke manapun aku pergi, daddy akan selalu mengantarku dan karena itu aku tidak perlu naik kendaraan umum. Aku juga ingat daddy setiap hari menelpon bertanya “Gimana? Aman?” ketika aku pertama kali ke Ambon  untuk menjalankan program yang sebelumnya selalu aku impikan di tahun 2014. Daddy pasti cemas sekali, tapi daddy tidak melarang aku berangkat ke Ambon. Jujur, sebenarnya aku juga agak cemas karena aku sebelumnya tidak pernah ke daerah post-conflict. Terima kasih sudah mencemaskanku, dad.
Anyway, terima kasih juga karena tidak pernah sekalipun bertanya “Kapan nikah?” Itu adalah pernyataan yang membuat semua orang single takut menghadapi lebaran, hari yang semestinya sangat membahagiakan, karena mereka pasti akan ditanya seluruh sanak saudaranya dengan pertanyaan itu dan mereka tidak tahu mesti menjawabnya bagaimana. Daddy tahu kan,  aku juga selalu ingin menikah. Sama seperti orang lain, aku ingin bersama dengan laki-laki yang mencintaiku dan berbahagia. Daddy berjanji akan jadi wali saat ijab kabulku. Tak apa, nanti insya Allah akan diwalikan hakim saja, dad.
Mataku sakit karena sudah menangis seharian, dad. Hari ini jarak antara Jakarta dan Sirah Pulau Padang terasa sepuluh kali lipat lebih jauh dari jarak New York dan Jakarta. Banyak sekali yang ingin kukatakan pada daddy. Tapi jangan khawatir, ya. Aku insya Allah akan baik-baik saja. Seperti janjiku pada mommy, aku juga berjanji pada daddy bahwa aku insya Allah akan hidup dengan baik dan bahagia. Aku akan melanjutkan semua rencana kita, mimpi kita. Sesulit apa pun keadaan, aku tidak akan pernah menyerah. Sebanyak apa pun aku jatuh dan terluka, aku akan bangkit dan mencapai semuanya. Aku akan kuat dan tetap teguh menatap masa depan. Tidak satu menit pun aku akan melupakan semua cinta yang mommy dan daddy berikan untukku.
Kami akan terus menghubungi daddy melalui doa-doa kami. Semoga kita bertemu lagi di surga-Nya kelak. Satu hal yang harus daddy tahu, daddy adalah ayah hebat yang selalu kami cintai.  

Sirah Pulau Padang, 10 September 2015, dengan penuh airmata.