CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Friday, May 30, 2014

10 Things I Learned from My Mom: Part II



6.      Rendah hatilah
Modesty adalah nilai penting yang selalu ditekankan mama. Modesty ini modesty dalam artian luas. Beliau bilang tidak ada yang perlu disombongkan karena di atas langit ada langit. Kesombongan bisa menghalangi diri kita dari belajar dari orang lain sehingga membuat kita sulit berkembang, begitu kata beliau. Selalu ada yang bisa dipelajari dari orang lain. Tak heran mama selalu mendengarkan cerita saya seremeh apapun cerita tersebut. Beliau juga mengajarkan modesty dalam hal  lifestyle. Menurut beliau kami tidak perlu memaksakan lifestyle yang tidak sesuai dengan kemampuan kami.

7.      Jangan menjanjikan hal yang tidak bisa ditepati
Seingat saya mama tidak pernah menjanjikan apapun. Beliau tidak pernah menjanjikan akan memberikan apapun jika saya puasa sebulan penuh, juara kelas, juara umum atau bahkan cum laude. Saya ingat suatu hari ketika saya masih di SMP, saya iseng berkata pada mama,”Ma, kalau aku juara umum beliin Nintendo yah..” Respon beliau mengejutkan sekali. “Mama gak bisa gitu, Nak. Pertama, mama gak yakin kita punya budget untuk itu. Kedua, mama gak mau motivasi kamu untuk jadi juara umum cuma karena Nintendo. Itu dangkal sekali. Kalau gak dikasi Nintendo kamu gak mau belajar? Padahal kamu belajar itu untuk dirimu sendiri dan orang lain juga loh.”

Tapi mama selalu memberikan reward tidak terduga. Karena Rini mendapatkan NEM tertinggi sekecamatan, ketika lulus SD, mama mengajak kami liburan ke Jakarta. Pulang dari mengurus pendaftaran ulang ke SMP, saya dan Rini menemukan dua sepeda baru terparkir di depan rumah. Padahal saya dan Rini sudah nrimo kemungkinan “mewarisi” sepeda butut Yuk Linda. Waktu itu saya dan Rini histeris sekali saking bahagianya. Setelah kelulusan SMP, mama juga mengajak kami jalan-jalan ke Gua Putri dan Air Terjun Bedegung, objek wisata di Kabupaten Muara Enim. Mama pernah tiba-tiba datang membesuk saya dan Rini di asrama, ketika SMA, lalu kami bertiga wisata kuliner seharian sebelum UN.  Setelah berminggu-minggu tidak pulang ke rumah dan tidak bertemu beliau karena begitu banyak TO, hari itu adalah hari yang membahagiakan sekali.

Setelah dewasa saya akhirnya tahu, melalui beberapa pengalaman pribadi,  bahwa janji yang tidak ditepati itu benar-benar membuat kekecewaan yang mendalam. Mungkin karena itulah, mama tidak pernah menjanjikan saya apapun.

8.      Lihat ke atas dan ke bawah secara seimbang
Ini adalah pelajaran yang unik. Keduanya mesti lakukan secara seimbang dan tepat, menurut mama. Melihat ke atas dalam hal prestasi, membandingkan diri dengan orang yang lebih banyak prestasinya, agar tetap humble dan  terbuka untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan diri. Melihat ke bawah dalam hal kemampuan finansial, bahwa banyak orang-orang lainnya yang tidak beruntung, sehingga bisa selalu mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah. Tidak boleh terbalik. Ajaran mama ini membuat saya terus mengingat bahwa tidak ada yang perlu dibanggakan secara berlebihan dan ada banyak sekali yang perlu disyukuri dalam hidup ini.

9.      Jangan menyuramkan muka orang lain
Mama bilang jangan mempermalukan orang lain by any means. Jangan membuka aib mereka. Jangan mendebat mereka di depan orang ramai. Jika ingin memberikan saran, lakukan secara empat mata.

10.      Menikahlah dengan orang yang mencintaimu
Dari umur belasan saya selalu “diceramahi” mama soal menikah. Salah satu ajaran beliau adalah untuk menikah dengan orang yang mencintai saya dan saya pun mencintai orang itu. Memang cinta tidak bertahan lama dalam sebuah pernikahan, tapi cinta adalah starting point yang baik, pesan beliau. Tanpa cinta, kita tidak akan memiliki motivasi untuk membahagiakan pasangan. Tanpa cinta, kita tidak akan memiliki kemauan untuk memahami pasangan. Tanpa cinta, perasaan atau pendapat pasangan tidak berarti apapun bagi kita. Pastinya cuma mau didengarkan dan dipahami, tanpa mau mendengarkan atau memahami pasangan. Menikahi orang yang tidak mencintaimu atau tidak memiliki kemauan untuk belajar mencintaimu adalah living hell, menurut mama. Ya Allah, izinkan saya dan suami saya nanti saling mencintai hingga kakek nenek. Aamin... #ngarep

Sepuluh pesan di atas adalah pesan mama yang selalu ingin saya ingat dan lakukan. Saya pun ingin mengajarkan hal-hal ini ke anak-anak saya nantinya. Dari semua refleksi saya tentang pesan mama ini, saya akhirnya memahami pentingnya mengajarkan nilai-nilai, kebiasaan dan nasihat yang memungkinkan anak-anak kita untuk menjalani setiap detik dalam hidup mereka dengan baik. Karena orang tua tidak bisa selalu bersama anak-anaknya dan melindungi mereka seumur hidup. Ada saat si anak harus tinggal jauh dari orang tuanya. Atau malah terkadang takdir harus memutus semuanya. Mama saya berpulang ke rahmat Allah ketika saya berumur 22 tahun. Jujur ada saat di mana saya harus mengambil pilihan-pilihan yang sulit dan, sebagai anak perempuan,  di saat seperti itu saya ingin bertanya dan meminta pendapat mama. Tapi apa daya, mama saya tidak bisa dihubungi dengan smartphone secanggih apapun. Jadi yang bisa saya lakukan hanyalah me-refer ke semua nasihat dan ajaran yang selalu beliau contohkan selama hidupnya. Saya juga terkadang beranalogi. Jika saya mengambil keputusan A, apakah itu sesuai dengan ajaran mama? Apakah itu akan membuat beliau happy atau malah sad?

Terima kasih mama untuk semuanya.Tiga tahun tanpa mama sulit sekali, tapi Dian bersyukur sudah bisa bersama mama yang hebat kayak mama selama 22 tahun. Hanya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengutip puisi Dorothy Law Nolthe “Children Learn What They Live”.

Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia akan belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia akan belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, dia akan belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia akan belajar mengasihani dirinya.

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia akan belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia akan belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia akan belajar menaruh kepercayaan.

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia akan belajar mencintai dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia akan belajar menemukan cinta dalam hidupnya.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar tentang keadilan


Brattleboro, 12 Mei 2014


*Silakan baca Part 1 di sini





3 comments:

Post a Comment