CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Friday, November 8, 2013

Lima Musim



                                                                  ; dari Vermont hingga Jakarta 
       
Ketika salju turun dengan deras di bulan Januari,
            aku menulis puisi untukmu

Ketika salju masih tak henti memutihkan Februari,
aku melukis wajahmu di atasnya

Ketika bunga sakura bermekaran di bulan April,
aku memikirkanmu

Ketika sinar matahari di bulan Juli membakarku,
aku mengingatmu

Ketika daun maple mulai berjatuhan di bulan September,
aku menyimpannya untukmu

Ketika hujan di bulan Oktober,
aku merindukanmu

Ketika hujan di bulan November,
aku masih juga merindukanmu

Ah, ternyata rasaku tak mengenal musim…




Jakarta, 7 November 2013




Saturday, July 6, 2013

Galau Edisi Pre-Ramadhan




Tahun ini saya mendapat kesempatan menjalani ibadah puasa di negeri Paman Sam. Awalnya saya agak ketar-ketir. Saya benar-benar tidak punya pengalaman berpuasa di musim panas. Tahun 2010 dulu saya hanya di USA selama  2 musim, Winter dan Spring. Summer membuat banyak hal terlihat cukup kompleks. Karena waktu siang yang jauh lebih panjang dari malam, jarak antara maghrib dan imsyak dekat sekali. Maghrib pukul 20:30 EST, Isya 22:30 EST dan imsyak pukul 3:20 pagi.  Jadi, rentang keduanya hanya 7 jam. Dalam 7 jam itu saya harus sholat wajib dan sunnah lainnya, makan, minum dan tidur secukupnya. Bagaimana bisa? No clue. Saya juga tidak tahu bagaimana jadinya berpuasa 18 jam. Sanggupkah saya? Seratus tanda tanya.

Sebulan sebelumnya, saya pun mulai memikirkan strategi. Saya berkonsultasi dengan senior yang sudah menjalani Ramadhan di USA tahun lalu. Senior itu mewanti-wanti saya untuk mengkonsumsi air sebanyak mungkin ketika malam agar tidak dehidrasi. Dia bilang tahun lalu dia hampir dehidrasi.  Dia menyarankan strategi unik untuk tidak tidur sepanjang malam dan tidur sepanjang siang. Tapi no..no..no…. It will not work for me. Saya sedang praktikum dan harus bekerja dari pukul 8:30-16:00 EST selama weekdays. Senior lainnya bercerita tentang seorang temannya yang belajar di UK dan berpuasa sesuai waktu Indonesia. Untuk catatan, waktu siang pas Summer di negara-negara Eropa biasanya jauh lebih panjang dibanding USA. Tapi itu dilematis. Saya masih muda dan, alhamdulillah,  sehat wal afiat. Jika saya begitu, akankah Allah menerima puasa saya? Ataukah saya hanya dapat lapar dan haus saja?  Terlalu beresiko. Ramadhan hanya sekali setahun dan begitu spesial.

Seminggu sebelum hari pertama Ramadhan, saya masih belum menemukan strategi yang tepat. At that point, saya pikir Rini, kembaran saya yang sedang kuliah di New Zealand (NZ), beruntung sekali. NZ sekarang sedang Winter. Karena siang yang jauh lebih pendek, waktu berbuka adalah sekitar pukul 5 sore. Ah, I wish I were in NZ. Tapi… No, you may not say such a thing, Dian Mayasari! batin saya. Saya ceritakan semua hasil “riset” saya ke Rini. Kembaran saya itu mengatakan satu hal yang sangat mengejutkan saya. Dia bilang, “Puasa yah puasa aja. Gak perlu pake strategi.” Mmmm.. benar juga yah.. Saat semua strategi sepertinya tidak akan bekerja dengan baik, kita hanya perlu mengucapkan “Bismillah.”

Semua kekhawatiran tidak boleh mengalahkan rasa syukur karena telah dipertemukan Ramadhan lagi. Sekali spesial, tetap spesial. Mau di Indonesia atau belahan bumi manapun, Ramadhan tetap bulan yang istimewa yang perlu diisi dengan sebaik-baiknya. Tidak perlu khawatir. Allah berjanji, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al Insyiraah: 5 – 8). Dia tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kesanggupan hamba tersebut (QS Al Baqarah: 286). Saya boleh saja meragukan kemampuan diri sendiri, tapi harus tetap selalu percaya pada-Nya. Jadi, saya sambut Ramadhan yang mulia dengan antusiasme dan lafadz basmallah. Biar tambah ceria, saya putar deh “Ramadhan Tiba” Opick berulang-ulang. 

Marhaban ya Ramadhan….





#Brattleboro, 5 Juli 2013

Wednesday, May 1, 2013

Menyesapi Rindu




Aku menyesapi rindu bersama serpihan salju di penghujung winter
Rindu….
Aku merasainya,  
tapi tak mampu melukiskannya

Seperti apakah rindu itu?
Excitement and anxiety, layaknya seorang jobseeker yang tak kenal lelah mencari kerja?
Stagnancy dan desperation, layaknya planet yang kehilangan porosnya?
Confusion, layaknya sang traveler yang kehilangan arah di sebuah tempat asing?
Inspiration, layaknya musim semi setelah winter yang begitu panjang?
Stimulant, layaknya energydrink yang digunakan untuk menstimulasi stamina kita?

Untuk sesuatu bernama rindu itu,
tak  bisa aku menjelaskannya
tak sanggup aku menepisnya




Brattleboro, 30 April 2013